Bila kita mau sedikit sabar untuk menghasilkan anakan murai batu
medan yang benar-benar mempunyai mental dan daya tahan tubuh yang prima,
kita bisa memanen anakan sampai bisa makan sendiri atau sedikit lebih
lama. Cara ini sangat efektif karena proses meloloh anakan dilakukan
penuh oleh indukan.
Resiko dari cara ini adalah anakan yang di panen belum terbiasa makan
voer sehingga kita harus melatihnya agar anakan murai batu terbiasa
dengan voer.
Resiko yang kedua adalah proses produksi yang tidak secepat
dibandingkan bilamana kita memanen di usia seperti umur 1 hari hingga 7
hari. Jadi, proses produksi indukan murai batu sedikit lebih panjang di
karenakan indukan harus meloloh anakan hingga muar atau bisa makan
sendiri. Hal tersebut akan jauh berbeda jika kita menempatkan anakan
murai batu di sangkar.
Yang kedua adalah faktor pakan. Pemberian pakan alami seperti
jangkrik, kroto, ulat dan sebagainya terbukti bisa menjadikan anakan
lebih sehat, dan mempunyai daya tahan yang lebih kuat di bandingkan
dengan anakan murai batu yang hanya di beri voer saat masa
perkembangannya. Pemberian pakah alami bisa membuat bulu lebih
mengkilat dan yang terpenting adalah anakan murai batu akan mempunyai
ekor yang lebih panjang asalkan memang indukannya juga mempunyai gen
untuk menghasilkan ekor yang panjang.
Hal tersebut juga berbeda bila pemberian pakan alami tidak
sepenuhnya. Dengan kata lain, seperti jika kita memberi voer sebagai
pakan utama pada anakan murai batu, dan memberi sedikit jangkrik atau
kroto walaupun di berikan setiap harinya. Akan tetap berbeda dengan
jika kita memberikan pakan alami secara total pada anakan. Yang jelas,
semakin banyak kita memberikan pakan alami pada anakan murai batu kita,
semakin bagus dan lebih maksimal hasilnya.